اَلسَّلاَ مُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن . أَمَّا بَعْدُ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطِانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ . صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْكَرِيْمِ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Ma’asyiral
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Tiada kata yang patut kita ucapkan, tiada kata yang lebih
baik kita tuturkan selain kata puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT.
Yang telah memberikan rahmat dan karuniannya kepada kita semua sehingga kita
dapat melakukan aktivitas keseharian kita dengan baik dan insya Allah berberkah
Shalawat serta salam tak henti-hentinya kita kirimkan
kepada amirul mukminin Rasulallah Muhammad SAW salah seorang Rasul yang sebelum
lahirnya namanya sudah bersanding dengan nama Allah SWT di dalam syurga,
seorang rasul yang rela mengorbankan sahabat-sahabatnya, keluarganya hingga
dirinya sendiri pun demi untuk menegakkan agama yang di cintai dan di ridhoi
oleh Allah SWT yakni agama Islam yang berlafadzkan “Lailaha Illa Allah
Muhammadar Rasulallah” sebagaiman di dalam firman Allah SWT di dalam
Al-Qur’an :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama yang dicintai dan diridho oleh Allah SWT ialah Agama
Islam...” (Q.S. Al-Imran/3: 16)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Dalam
hidup ini, kemenangan itu bukanlah orang yang berhasil mengumpulkan uang yang banyak. Kemenangan
bukan pula berhasil diraihnya kedudukan dan pangkat yang tinggi. Kita telah
melihat betapa dengan uang yang banyak tidak sedikit yang justru hidup sengsara
dan susah. Yang memiliki kedudukan tinggi tak jarang pula yang justru jatuh
hina. Yang terkenal dan masyhur, tak sedikit pula yang akhirnya tersungkur.
Kemenangan
sejati adalah saat kita berhasil melakukan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya. Karena siapa pun yang berhasil menjalankan perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya, pastilah kebahagiaan, ketenteraman, keamanan dan
kemakmuran yang didapat. Karena tidak ada yang Allah perintahkan, kecuali itu
kebaikan bagi manusia. Dan sebaliknya, tak ada larangan kecuali itu adalah
keburukan bagi manusia. Demikian hukum Allah berlaku. Dulu, sekarang dan yang
akan datang. Baik dalam konteks individu maupun dalam kehidupan kolektif
berbangsa dan bernegara. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surah An-Nahl : 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal
shalih (artinya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya), baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (Q.S. An-Nahl/16: 97)
Sebaliknya
siapa pun, masyarakat atau bangsa di mana pun yang suka melanggar perintah dan
larangan Allah pastilah menderita. Kalau ada kesenangan maka itu hanya tipuan,
yang bakal membuat siksaan lebih berat. Silakan lihat bagaimana akhir kehidupan
Namrud dan kekuasaannya, Firaun dan kerajaannya, Abu Jahal, Abu Lahab, dst orang-orang
dan bangsa-bangsa yang durhaka terhadap ajaran Allah. Mereka semua binasa.
Allah berfirman:
قُلْ سِيرُوا فِي
الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
“Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi,
kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (ajaran
yang dibawa nabi) itu.” (Q.S. Al-An’am/6: 11)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa
rahimakumullah
Ada kisah yang
sangat menarik dari salah satu umat terdahulu. Yang patut kita jadikan cermin
dan teladan. Yaitu, kisah kaumnya Nabi Yunus. Di dalam banyak kitab Tafsir
disebutkan bahwa Nabi Yunus diutus kepada penduduk kota Nainawa untuk
menyampaikan Agama Allah, tetapi mereka mengingkari seruan itu. Nabi Yunus
menerangkan kepada mereka bahwa jika mereka tidak juga beriman dan bertaubat,
masih tetap durhaka dan banyak berbuat maksiat, niscaya Allah swt. akan
menurunkan bencana yang mengazab mereka, sebagaimana yang pernah terjadi pada
bangsa-bangsa sebelumnya. Hingga, nabi
Yunus mengatakan bencana itu akan terjadi setelah tiga hari lagi.
Diancam
begitu, mereka masih tetap tak mau beriman dan bertaubat. Maka pada pagi hari
dari hari yang dijanjikan itu, betul, mereka melihat tanda-tanda akan
kedatangan bencana dahsyat yang siap menimpa kepala mereka. Melihat kenyataan
itu, serta merta mereka sadar bahwa apa yang disampaikan Nabi Yunus adalah
benar. Maka, mereka bergegas mencari Yunus, tetapi Nabi Yunus tidak mereka
temui lagi. Nabi Yunus telah terlebih dulu pergi.
Mereka pun tak
putus asa. Mereka lalu berkumpul bersama keluarga; semua anak dan binatang
ternak dikumpulkan di tengah lapang untuk memohon kepada Allah agar bencana
yang telah siap membinasakan mereka itu tidak ditimpakan kepada mereka. Mereka
pun menyatakan iman dan benar-benar bertaubat atas segala kedurhakaan yang
selama ini mereka telah perbuat.
Konon, mereka
melakukan pertaubatan massal itu selama empat puluh hari empat puluh malam.
Selama masa itu mereka memperbaiki diri. Di samping mohon ampun kepada Allah,
mereka pun memperbaiki kezhaliman dan mengembalikan hak-hak orang lain yang
telah mereka ambil.
Akhirnya,
Allah swt. menerima taubat mereka dan membatalkan terjadinya bencana yang siap
membinasakan mereka. Tanda-tanda terjadinya bencana itu berangsur-angsur
menghilang. Bencana benar-benar batal terjadi. Nabi Yunus yang ditelan ikan di
tengah-tengah laut dan merintih beristighfar dan bertaubat karena telah salah
melarikan diri, itu pun akhirnya selamat. Dan, datang lagi bertemu dengan
kaumnya. Lalu mereka hidup dalam bimbingan Nabi Yunus. Membangun kehidupan
berdasarkan keimanan dan syariat Allah. Karena itu, maka Allah menganugerahkan
kepada mereka kehidupan yang baik. Mereka pun hidup sejahtera, adil dan makmur.
Kisah tersebut, diabadikan dalam Al-Quran surat Yunus ayat 98:
لَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا
إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَىٰ حِينٍ
“Dan mengapa suatu negeri tidak segera
beriman sehingga imannya itu bermanfaat kepadanya, sebagaimana kaumnya Nabi
Yunus? Tatkala mereka (kaumnya Yunus itu), beriman, maka Kami hilangkan dari
mereka azab yang nyaris menghinakan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami beri
kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (Q.S. Yunus/10: 98)
Ma’asyiral
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Banyak
pelajaran dari kisah dan ayat di ayat di atas. Pertama, banyak masyarakat manusia
yang aneh, yaitu mengingkari ajaran Allah yang dibawa para nabi. Tidak ada nabi
atau rasul yang diutus oleh Allah termasuk nabi Muhammad kepada suatu kaum
kecuali kaum itu selalu menentang dan melawan. Inilah salah keanehan manusia.
Diberi oleh Allah akal, penglihatan dan pendengaran serta hati nurani, tapi
selalu saja tak suka dengan kebenaran dan orang-orang yang membawa kebenaran
dari Allah. Kalau binatang tak tahu dan tak mau kebenaran adalah wajar. Namun
manusia bahkan sudah sekolah sangat tinggi tapi masih sangat sulit bisa
menerima untuk diajak tunduk dan patuh kepada Allah. Tak mau diajak shalat. Tak
mau diajak zakat. Tak mau diajak berbuat jujur. Tak mau berbakti kepada orang
tua sendiri. Tak mau menyembah Allah. Dst.. Apa namanya? Tak lain manusia dan
masyarakat yang seperti itu adalah masyarakat jahiliyah. Yang lebih buruk dari
pada binatang. Allah berfirman:
. . . أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ
بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Mereka itu adalah seperti binatang
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang bodoh.” (Q.S. Al-A’raf/: 179)
Kedua, kaum
atau masyarakat yang mengingkari ajaran Allah, memilih hidup dalam
kejahiliyahan, maka mereka digulung dengan bencana. Allah berfirman: “Apakah mereka tidak
memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan
sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami
curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir
di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan
kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” (Q.S. Al-An’am/6: 6)
Ketiga, kisah
kaumnya nabi Yunus di atas menunjukkan dengan sangat jelas bahwa sesungguhnya
membangun kehidupan yang makmur, tenteram dan aman adalah mudah. Yaitu, dengan
mengikuti ajaran Allah. Allah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan dan
ketenteraman kepada kaumnya nabi Yunus, saat mereka sudah bertaubat dan mau
mengikuti syariat Allah. Inilah jalan yang sangat mudah dan sederhana. Tak
perlu banyak anggaran dan macam-macam rekayasa. Dan inilah jalan satu-satunya.
Tak ada jalan lain kecuali itu. Yaitu, jalan dan ajaran yang dibawa nabi. Agama
Islam. Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ . . .
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu.” (Q.S. Al-Maidah/5: 3)
Percayalah,
eksekutif maupun legislatif yang ingin membangun negeri ini dengan studi banding
ke Cina, Australia, Amerika dll itu hanya membuang-buang uang saja bila kita
tetap tak mau dengan sungguh-sungguh menjalankan ajaran Agama Islam.
Kita prihatin,
segala keburukan sudah dinyatakan darurat namun kita belum juga sadar untuk
menjalankan syariat Islam. Bagaimana kita bisa menghentikan darurat korupsi
tanpa Agama? Bagaimana kita menanggulangi darurat narkoba tanpa Agama?
Bagaimana kita menanggulangi darurat perzinaan, pemerkosaan, pembunuhan, dll
kejahatan tanpa mau kembali kepada ajaran yang diturunkan oleh Allah dalam
Al-Quran? Bagaimana, kita bisa menyelesaikan problematika yang silih berganti
tanpa mau mengamalkan ajaran Agama Islam? Bagaimana kita ingin masuk surga tapi
kita tak mau mengikuti Nabi Muhammad?
Kita sangat
prihatin di tengah-tengah situasi buruk yang sudah serba darurat, malah muncul
desakan agar pemerintah minta maaf kepada PKI. Partai komunis yang pernah
hampir mengubur bangsa ini. La haula walaa quata illa billah. Muncul juga,
desakan lesbi, homo (LGBT) harus diakui sebagai hak asasi manusia. Di tengah
puasa muncul juga seruan aneh, “Yang puasa harus menghormati yang
tidak puasa.” Seakan-akan yang puasa suka berbuat buruk kepada yang tak berpuasa.
Seakan orang yang mengamalkan Agama itu selalu jahat kepada orang lain. Betapa
aneh! Dan karena itulah bila ada insiden terorisme selalu dikaitkan dengan
Islam. Padahal Islam itu Indah, damai
dan rahmat bagi semesta. Lalu, ada upaya penghapusan peraturan-peraturan yang
bernuansa Islam. Bagaimana peraturan yang bernuansa Agama Islam malah ingin mau
dihapus? Seharusnya kita semua segera sadar peraturan yang tak sesuai dan tidak
berdasarkan Agama itulah yang segera harus dihapus dalam kehidupan kita. Karena
setiap peraturan, perilaku dan hukum yang bertentangan dengan Al-Quran inilah yang
membuat malapetaka di bumi ini. Ada lagi ucapan yang sangat menyakitkan dan
menyesatkan, “Lebih baik orang kafir yang tidak korupsi daripada orang Islam yang
korupsi.” Ini adalah ucapan yang mengarahkan bahwa agama itu tak penting lagi.
Wal-iyadzu billah. Allah berfirman:
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ
وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap
menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (Q.S. Ash-Shaff/61: 8)
Puasa dan
Ramadhan telah mengajarkan kepada kita semua, bahwa kebahagiaan, keamanan dan
kesejahteraan lahir dan batin ada dalam ajaran Agama. Siapa saja yang
menjalankan ajaran Agama Islam, niscaya hidupnya tenang, bahagia dan sejahtera.
Baik dalam konteks pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. “Allah menghendaki
kemudahan, tidak menghendaki kesulitan.”
Ajaran Islam
itu semua mudah dan jelas. Tak ada yang sulit dan menyulitkan. Tak ada yang
kabur dan remang-remang. Apa yang Allah perintahkan adalah jelas dan mudah, dan
apa yang Allah larang juga jelas dan manusia sendiri pada dasarnya tak suka.
Hanya, manusia terkadang malah mempersulit diri sendiri. Allah berfirman: “Barang siapa yang
mengerjakan amal yang shalih maka (kebaikannya) untuk dirinya sendiri dan
barang siapa yang berbuat jahat maka (petakanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).” (Q.S Fusshilat/41: 46)
Oleh karena
itu gampang, kalau kita ingin bangkit dari situasi yang serba darurat, maka
kita harus mengamalkan ajaran Islam.
Ramadhan dan puasa dengan nyata membuktikan hal ini. Betapa di bulan Ramadhan
kita rasakan adanya kedamaian, kebahagiaan, ketenteraman dan kenyamanan.
Mengapa? Karena di bulan Ramadhan kita semua relatif sadar untuk tunduk dan
patuh kepada Allah. Kita dengan sadar memakmurkan masjid, berdzikir dan berdoa,
berinfaq, bersedekah dan membaca Al-Quran. Bayangkan betapa damainya hati kita saat
kita membaca Al-Quran. Baru kita baca saja hati dan suasana menjadi indah dan
damai. Apalagi bila Al-Quran ini isinya kita amalkan dalam seluruh dimensi
kehidupan kita. Baik aqidahnya, ibadahnya, akhlaknya, hukumnya dan
ajaran-ajaran lainnya. Maka naif sekali bila ada peraturan yang dibatalkan
gara-gara bernuansa ajaran Al-Quran. Kita semua hendaknya segera sadar.
Menjadikan Al-Quran sebagai sumber segala perasaan, pikiran dan tingkah laku
kita. Kita harus segera sadar menjadikan Al-Quran sebagai sumber segala tata
aturan dalam kehidupan ini. Setiap tata aturan yang tidak bersumber dari
Al-Quran atau bertentangan dengan Al-Quran itulah yang harus segera dibatalkan.
Keempat,
dahsyatnya istighfar dan taubat. Kisah Nabi Yunus dan kaumnya ini menunjukkan
betapa istighfar dan taubat itu sangat dahsyat. Bencana bisa batal terjadi.
Nabi Yunus yang terombang ambing berada dalam tiga kegelapan: di tengah malam,
dalam laut dan dalam perut ikan bisa selamat. Dan, itulah sesungguhnya Allah
itu maha pengampun dan maha penyayang. Asal hamba2-Nya mau minta ampun dan
bertaubat. Tak ada kondisi darurat yang tak bisa diselesaikan bila kita semua
mau bertaubat kepada Allah.
Maka, yang
terkena narkoba silakan bertaubat kepada Allah. Yang korupsi bertaubatlah
kepada Allah. Yang berzina bertaubatlah kepada Allah. Yang belum rajin shalat
bertaubatlah kepada Allah. Yang belum berjilbab atau menutup aurat bertaubatlah
kepada Allah. Yang suka judi, bertaubatlah kepada Allah. Pokoknya siapa saja
yang bergelimang dosa dan maksiat, marilah sadar dan bertaubat kepada Allah.
Allah tidak akan murka, bahkan Allah sayang dan cinta. Allah berfirman:
. . . إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang membersihkan diri.” (Q.S Al-Baqarah/2: 222)
Kelima, bila
ingin selamat maka iman dan taubat tak boleh terlambat. Kaumnya Nabi Yunus
tidak terlambat bertaubat, maka mereka selamat. Karena itulah Allah memuji
kaumnya nabi Yunus. Berbeda dengan umat-umat lain yang selalu terlambat dalam
bertaubat, hingga tak ada gunanya lagi. Seperti, iman dan taubatnya Firaun di
saat ia telah digulung ombak dan megap-megap di tengah laut. Allah berfirman: “Apakah sekarang (kamu baru
percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu
termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Yunus: 91). Kalau sudah
seperti itu, iman dan taubat tak berguna, serta bencana tak bisa diurungkan
lagi.
Kini kita
dalam kondisi darurat. Darurat Narkoba, darurat korupsi, darurat perzinaan dan
pemerkosaan, darurat keserakahan dll kemaksiatan dan dosa. Bila ingin selamat
dari kondisi yang sudah serba darurat ini, maka iman dan taubat tak boleh
terlambat. Insya Allah belum terlambat untuk sadar, beristighfar dan bertaubat.
Mari kita semua beristighfar dan bertaubat. Mari kita jalankan ajaran Islam
dengan penuh kesungguhan. Janganlah Islam hanya dipakai kalau ada kepentingan
politik saja. Jangan Islam hanya dipakai hanya di bulan Ramadhan saja.
Janganlah kita shalat hanya di Idul fitri saja. Wahai kaum wanita, jangan hanya
pakai jilbab ketika shalat saja. Wahai para pejabat, jangan tampak dekat dengan
rakyat dan tampak rajin ibadah hanya di saat hendak nyalon saja.
Semuanya,
marilah kita jalankan ajaran Islam dengan baik. Mari kita lakukan shalat di
masjid. Mari kita bayarkan zakat dari penghasilan yang kita dapatkan. Sebagai
apapun kita. Selama itu adalah rezeki yang baik dan halal, harus kita keluarkan
zakatnya. Marilah suasana kita balik, menjadi pribadi-pribadi muslim yang suka
memberi, bukan yang suka meminta-minta. “Tangan di atas lebih baik
daripada tangan di bawah.” Yang duduk di pemerintahan, tunaikan
tugas negara dengan penuh amanat dan tanggung jawab. Jangan Anda hanya pandai
menuntut kenaikan gaji, hingga ada gaji 13 atau 14 atau berapa lagi, tapi
kinerja tak ada peningkatan sama sekali. Yang seperti itu bukanlah merupakan
pribadi orang yang beriman.
Para guru dan
dosen, harus juga segera sadar. Tugas utamanya adalah mendidik anak bangsa ini.
Bukan sekedar menjejali dengan pengetahuan dan teori yang kosong dari keimanan
dan budi pekerti. Para ustadz dan muballigh tak cukup hanya memberikan ceramah
dan pengajian, tapi umat sangat membutuhkan contoh dan suri teladan. Oleh karena itu, bagi para orang tua, mari kita
semua pastikan bahwa anak yang kita tinggalkan telah terdidik dengan Agama
secara benar. Apa yang kita banggakan bila anak yang kita tinggalkan tak bisa
mengaji? Apa yang kita harapkan kalau nanti kita sudah mati?
Wahai
anak-anak, para remaja dan para pemuda. Jangan sia-siakan waktu berharga yang
kalian miliki. Jangan kalian habiskan hanya untuk bermain-main, main game, main
hp, nongkrong di pinggir jalan atau pantai. Masa anak-anak, remaja dan pemuda,
tidaklah lama. Dan masa itu sangat berharga. Kalau sudah lewat, maka tak bisa
diulang. Jangan sampai kalian menyesal. Ikuti nasehat orang tua dan guru. Kapan
kalian berbakti kepada orang tua, kalau bukan saat ini. Dan, untuk berbakti
kepada orang tua, saat ini cukup kalian dengan rajin belajar, bukan foya-foya,
rajin ibadah, bukan rajin bermain-main saja, rajin ke masjid, bukan begadang
saja. Kalau kalian ingin membahagiakan orang tua ikuti nasehatnya yang baik.
Orang tua tak ingin kalian berikan uang, rumah atau pakaian. Cukup ikuti
nasehatnya yang baik dan jadilah anak yang shalih.
Wahai anak-anakku, kalian adalah masa
depan umat dan bangsa ini. Harapan umat dan bangsa ini ada di pundak kalian.
Jangan kalian berikan diri kalian kepada narkoba, kebut-kebutan, pacaran dan
perbuatan yang sia-sia. Rajinlah ke masjid, jangan menunggu nanti kalau sudah
tua. Masjid-masjid menunggu kreativitas dan aksi amal shalih kalian. Sejarah
menunjukkan bahwa kehebatannya adalah terletak pada para pemudanya. Nabi
bersabda bahwa nanti di padang mahsyar ada tujuh golongan yang mendapat naungan
khusus dari Allah. Salah satunya adalah para pemuda yang rajin beribadah. Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai sekalian manusia (yang tua
maupun yang muda, pria maupun wanita. Semuanya), beribadahlah kepada Tuhanmu
(yaitu Allah) yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum
kalian, agar kalian bertakwa.” (Q.S Al-Baqarah/2: 21)
Ma’asyiral muslimin
rahimani wa rahimakumullah
Sebagai kesimpulan dari ceramah yang singkat ini marilah
kita bersama-sama menjaga diri, keluarga serta negara kita ini dari segala
darurat yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita darurat korupsi, darurat
perzinaan, darurat pemerkosaan darurat kesyirikan terhadap Allah SWT. Dengan
cari bertaubat dengan sungguh-sungguh karena didalam bertaubat tidak ada kata
terlambat bagi siapa saja yang ingin membersihkan hati jiwa beserta raganya
dari segala kesalahan dan kehilafan baik yang nampak maupun tidak dan yang
disengaja maupun tidak di senngaja dengan syarat bertaubat dengan
sungguh-sungguh dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali agar kita bisa
mendapat ampunnan dari Allah atas segala kesalahan tersebut sehingga kehidupan
kita di dunia yang sementara ini dapat sejahtera begitupun kelak di akhirat kita
bisa masuk kedalam surga Allah SWT dengan ridho-Nya yang kekal abadi
selama-lamanya. Amin ya rabbal alamin.
Apabila selama saya menyampaikan ceramah ini dari awal
salam hingga saat ini ada kata-kata atau hal yang salah yang tidak berkenang di
hati jamaa’ah sekalian saya mohon maaf sebesar-besarnya karena saya hanyalah
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan dosa, dan apabila ada benarnya
itu semata-mata datangnya dari Allah SWT yang maha sempurna dari kesempurnaan yang
secara kebetulan melalui perantara mulut yang berbicara.
اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلَا تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
“Lihatlah apa yg di katakan dan jangan melihat siapa yg mengatakan” -Ali bin Abi Tholib-
“Lihatlah apa yg di katakan dan jangan melihat siapa yg mengatakan” -Ali bin Abi Tholib-
Billahi Taufi Wa Rahma, Waridho
Walhinayah
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ