DARURAT TAPI BELUM TERLAMBAT 




اَلسَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

 الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن . أَمَّا بَعْدُ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطِانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ . صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْكَرِيْمِ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Tiada kata yang patut kita ucapkan, tiada kata yang lebih baik kita tuturkan selain kata puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karuniannya kepada kita semua sehingga kita dapat melakukan aktivitas keseharian kita dengan baik dan insya Allah berberkah
Shalawat serta salam tak henti-hentinya kita kirimkan kepada amirul mukminin Rasulallah Muhammad SAW salah seorang Rasul yang sebelum lahirnya namanya sudah bersanding dengan nama Allah SWT di dalam syurga, seorang rasul yang rela mengorbankan sahabat-sahabatnya, keluarganya hingga dirinya sendiri pun demi untuk menegakkan agama yang di cintai dan di ridhoi oleh Allah SWT yakni agama Islam yang berlafadzkan “Lailaha Illa Allah Muhammadar Rasulallah” sebagaiman di dalam firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama yang dicintai dan diridho oleh Allah SWT ialah Agama Islam...” (Q.S. Al-Imran/3: 16)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Dalam hidup ini, kemenangan itu bukanlah orang yang berhasil mengumpulkan uang yang banyak. Kemenangan bukan pula berhasil diraihnya kedudukan dan pangkat yang tinggi. Kita telah melihat betapa dengan uang yang banyak tidak sedikit yang justru hidup sengsara dan susah. Yang memiliki kedudukan tinggi tak jarang pula yang justru jatuh hina. Yang terkenal dan masyhur, tak sedikit pula yang akhirnya tersungkur.
Kemenangan sejati adalah saat kita berhasil melakukan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Karena siapa pun yang berhasil menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, pastilah kebahagiaan, ketenteraman, keamanan dan kemakmuran yang didapat. Karena tidak ada yang Allah perintahkan, kecuali itu kebaikan bagi manusia. Dan sebaliknya, tak ada larangan kecuali itu adalah keburukan bagi manusia. Demikian hukum Allah berlaku. Dulu, sekarang dan yang akan datang. Baik dalam konteks individu maupun dalam kehidupan kolektif berbangsa dan bernegara. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surah An-Nahl : 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih (artinya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya), baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl/16: 97)
Sebaliknya siapa pun, masyarakat atau bangsa di mana pun yang suka melanggar perintah dan larangan Allah pastilah menderita. Kalau ada kesenangan maka itu hanya tipuan, yang bakal membuat siksaan lebih berat. Silakan lihat bagaimana akhir kehidupan Namrud dan kekuasaannya, Firaun dan kerajaannya, Abu Jahal, Abu Lahab, dst orang-orang dan bangsa-bangsa yang durhaka terhadap ajaran Allah. Mereka semua binasa. Allah berfirman:
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Katakanlah: Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (ajaran yang dibawa nabi) itu.” (Q.S. Al-An’am/6: 11)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Ada kisah yang sangat menarik dari salah satu umat terdahulu. Yang patut kita jadikan cermin dan teladan. Yaitu, kisah kaumnya Nabi Yunus. Di dalam banyak kitab Tafsir disebutkan bahwa Nabi Yunus diutus kepada penduduk kota Nainawa untuk menyampaikan Agama Allah, tetapi mereka mengingkari seruan itu. Nabi Yunus menerangkan kepada mereka bahwa jika mereka tidak juga beriman dan bertaubat, masih tetap durhaka dan banyak berbuat maksiat, niscaya Allah swt. akan menurunkan bencana yang mengazab mereka, sebagaimana yang pernah terjadi pada bangsa-bangsa sebelumnya.  Hingga, nabi Yunus mengatakan bencana itu akan terjadi setelah tiga hari lagi.
Diancam begitu, mereka masih tetap tak mau beriman dan bertaubat. Maka pada pagi hari dari hari yang dijanjikan itu, betul, mereka melihat tanda-tanda akan kedatangan bencana dahsyat yang siap menimpa kepala mereka. Melihat kenyataan itu, serta merta mereka sadar bahwa apa yang disampaikan Nabi Yunus adalah benar. Maka, mereka bergegas mencari Yunus, tetapi Nabi Yunus tidak mereka temui lagi. Nabi Yunus telah terlebih dulu pergi.
Mereka pun tak putus asa. Mereka lalu berkumpul bersama keluarga; semua anak dan binatang ternak dikumpulkan di tengah lapang untuk memohon kepada Allah agar bencana yang telah siap membinasakan mereka itu tidak ditimpakan kepada mereka. Mereka pun menyatakan iman dan benar-benar bertaubat atas segala kedurhakaan yang selama ini mereka telah perbuat.
Konon, mereka melakukan pertaubatan massal itu selama empat puluh hari empat puluh malam. Selama masa itu mereka memperbaiki diri. Di samping mohon ampun kepada Allah, mereka pun memperbaiki kezhaliman dan mengembalikan hak-hak orang lain yang telah mereka ambil.
Akhirnya, Allah swt. menerima taubat mereka dan membatalkan terjadinya bencana yang siap membinasakan mereka. Tanda-tanda terjadinya bencana itu berangsur-angsur menghilang. Bencana benar-benar batal terjadi. Nabi Yunus yang ditelan ikan di tengah-tengah laut dan merintih beristighfar dan bertaubat karena telah salah melarikan diri, itu pun akhirnya selamat. Dan, datang lagi bertemu dengan kaumnya. Lalu mereka hidup dalam bimbingan Nabi Yunus. Membangun kehidupan berdasarkan keimanan dan syariat Allah. Karena itu, maka Allah menganugerahkan kepada mereka kehidupan yang baik. Mereka pun hidup sejahtera, adil dan makmur. Kisah tersebut, diabadikan dalam Al-Quran surat Yunus ayat 98:
لَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَىٰ حِينٍ
“Dan mengapa suatu negeri tidak segera beriman sehingga imannya itu bermanfaat kepadanya, sebagaimana kaumnya Nabi Yunus? Tatkala mereka (kaumnya Yunus itu), beriman, maka Kami hilangkan dari mereka azab yang nyaris menghinakan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.”  (Q.S. Yunus/10: 98)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Banyak pelajaran dari kisah dan ayat di ayat di atas. Pertama, banyak masyarakat manusia yang aneh, yaitu mengingkari ajaran Allah yang dibawa para nabi. Tidak ada nabi atau rasul yang diutus oleh Allah termasuk nabi Muhammad kepada suatu kaum kecuali kaum itu selalu menentang dan melawan. Inilah salah keanehan manusia. Diberi oleh Allah akal, penglihatan dan pendengaran serta hati nurani, tapi selalu saja tak suka dengan kebenaran dan orang-orang yang membawa kebenaran dari Allah. Kalau binatang tak tahu dan tak mau kebenaran adalah wajar. Namun manusia bahkan sudah sekolah sangat tinggi tapi masih sangat sulit bisa menerima untuk diajak tunduk dan patuh kepada Allah. Tak mau diajak shalat. Tak mau diajak zakat. Tak mau diajak berbuat jujur. Tak mau berbakti kepada orang tua sendiri. Tak mau menyembah Allah. Dst.. Apa namanya? Tak lain manusia dan masyarakat yang seperti itu adalah masyarakat jahiliyah. Yang lebih buruk dari pada binatang. Allah berfirman:
. . . أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Mereka itu adalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang bodoh.”  (Q.S. Al-Araf/: 179)
Kedua, kaum atau masyarakat yang mengingkari ajaran Allah, memilih hidup dalam kejahiliyahan, maka mereka digulung dengan bencana. Allah berfirman: Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (Q.S. Al-Anam/6: 6)
Ketiga, kisah kaumnya nabi Yunus di atas menunjukkan dengan sangat jelas bahwa sesungguhnya membangun kehidupan yang makmur, tenteram dan aman adalah mudah. Yaitu, dengan mengikuti ajaran Allah. Allah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan dan ketenteraman kepada kaumnya nabi Yunus, saat mereka sudah bertaubat dan mau mengikuti syariat Allah. Inilah jalan yang sangat mudah dan sederhana. Tak perlu banyak anggaran dan macam-macam rekayasa. Dan inilah jalan satu-satunya. Tak ada jalan lain kecuali itu. Yaitu, jalan dan ajaran yang dibawa nabi. Agama Islam. Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ . . .
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Q.S. Al-Maidah/5: 3)
Percayalah, eksekutif maupun legislatif yang ingin membangun negeri ini dengan studi banding ke Cina, Australia, Amerika dll itu hanya membuang-buang uang saja bila kita tetap tak mau dengan sungguh-sungguh menjalankan ajaran Agama Islam.
Kita prihatin, segala keburukan sudah dinyatakan darurat namun kita belum juga sadar untuk menjalankan syariat Islam. Bagaimana kita bisa menghentikan darurat korupsi tanpa Agama? Bagaimana kita menanggulangi darurat narkoba tanpa Agama? Bagaimana kita menanggulangi darurat perzinaan, pemerkosaan, pembunuhan, dll kejahatan tanpa mau kembali kepada ajaran yang diturunkan oleh Allah dalam Al-Quran? Bagaimana, kita bisa menyelesaikan problematika yang silih berganti tanpa mau mengamalkan ajaran Agama Islam? Bagaimana kita ingin masuk surga tapi kita tak mau mengikuti Nabi Muhammad?
Kita sangat prihatin di tengah-tengah situasi buruk yang sudah serba darurat, malah muncul desakan agar pemerintah minta maaf kepada PKI. Partai komunis yang pernah hampir mengubur bangsa ini. La haula walaa quata illa billah. Muncul juga, desakan lesbi, homo (LGBT) harus diakui sebagai hak asasi manusia. Di tengah puasa muncul juga seruan aneh, Yang puasa harus menghormati yang tidak puasa. Seakan-akan yang puasa suka berbuat buruk kepada yang tak berpuasa. Seakan orang yang mengamalkan Agama itu selalu jahat kepada orang lain. Betapa aneh! Dan karena itulah bila ada insiden terorisme selalu dikaitkan dengan Islam.  Padahal Islam itu Indah, damai dan rahmat bagi semesta. Lalu, ada upaya penghapusan peraturan-peraturan yang bernuansa Islam. Bagaimana peraturan yang bernuansa Agama Islam malah ingin mau dihapus? Seharusnya kita semua segera sadar peraturan yang tak sesuai dan tidak berdasarkan Agama itulah yang segera harus dihapus dalam kehidupan kita. Karena setiap peraturan, perilaku dan hukum yang bertentangan dengan Al-Quran inilah yang membuat malapetaka di bumi ini. Ada lagi ucapan yang sangat menyakitkan dan menyesatkan, Lebih baik orang kafir yang tidak korupsi daripada orang Islam yang korupsi. Ini adalah ucapan yang mengarahkan bahwa agama itu tak penting lagi. Wal-iyadzu billah. Allah berfirman:
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.”  (Q.S. Ash-Shaff/61: 8)
Puasa dan Ramadhan telah mengajarkan kepada kita semua, bahwa kebahagiaan, keamanan dan kesejahteraan lahir dan batin ada dalam ajaran Agama. Siapa saja yang menjalankan ajaran Agama Islam, niscaya hidupnya tenang, bahagia dan sejahtera. Baik dalam konteks pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Allah menghendaki kemudahan, tidak menghendaki kesulitan.
Ajaran Islam itu semua mudah dan jelas. Tak ada yang sulit dan menyulitkan. Tak ada yang kabur dan remang-remang. Apa yang Allah perintahkan adalah jelas dan mudah, dan apa yang Allah larang juga jelas dan manusia sendiri pada dasarnya tak suka. Hanya, manusia terkadang malah mempersulit diri sendiri. Allah berfirman: Barang siapa yang mengerjakan amal yang shalih maka (kebaikannya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (petakanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya). (Q.S Fusshilat/41: 46)
Oleh karena itu gampang, kalau kita ingin bangkit dari situasi yang serba darurat, maka kita harus  mengamalkan ajaran Islam. Ramadhan dan puasa dengan nyata membuktikan hal ini. Betapa di bulan Ramadhan kita rasakan adanya kedamaian, kebahagiaan, ketenteraman dan kenyamanan. Mengapa? Karena di bulan Ramadhan kita semua relatif sadar untuk tunduk dan patuh kepada Allah. Kita dengan sadar memakmurkan masjid, berdzikir dan berdoa, berinfaq, bersedekah dan membaca Al-Quran. Bayangkan betapa damainya hati kita saat kita membaca Al-Quran. Baru kita baca saja hati dan suasana menjadi indah dan damai. Apalagi bila Al-Quran ini isinya kita amalkan dalam seluruh dimensi kehidupan kita. Baik aqidahnya, ibadahnya, akhlaknya, hukumnya dan ajaran-ajaran lainnya. Maka naif sekali bila ada peraturan yang dibatalkan gara-gara bernuansa ajaran Al-Quran. Kita semua hendaknya segera sadar. Menjadikan Al-Quran sebagai sumber segala perasaan, pikiran dan tingkah laku kita. Kita harus segera sadar menjadikan Al-Quran sebagai sumber segala tata aturan dalam kehidupan ini. Setiap tata aturan yang tidak bersumber dari Al-Quran atau bertentangan dengan Al-Quran itulah yang harus segera dibatalkan.
Keempat, dahsyatnya istighfar dan taubat. Kisah Nabi Yunus dan kaumnya ini menunjukkan betapa istighfar dan taubat itu sangat dahsyat. Bencana bisa batal terjadi. Nabi Yunus yang terombang ambing berada dalam tiga kegelapan: di tengah malam, dalam laut dan dalam perut ikan bisa selamat. Dan, itulah sesungguhnya Allah itu maha pengampun dan maha penyayang. Asal hamba2-Nya mau minta ampun dan bertaubat. Tak ada kondisi darurat yang tak bisa diselesaikan bila kita semua mau bertaubat kepada Allah.
Maka, yang terkena narkoba silakan bertaubat kepada Allah. Yang korupsi bertaubatlah kepada Allah. Yang berzina bertaubatlah kepada Allah. Yang belum rajin shalat bertaubatlah kepada Allah. Yang belum berjilbab atau menutup aurat bertaubatlah kepada Allah. Yang suka judi, bertaubatlah kepada Allah. Pokoknya siapa saja yang bergelimang dosa dan maksiat, marilah sadar dan bertaubat kepada Allah. Allah tidak akan murka, bahkan Allah sayang dan cinta. Allah berfirman:
. . . إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang membersihkan diri. (Q.S Al-Baqarah/2: 222)
Kelima, bila ingin selamat maka iman dan taubat tak boleh terlambat. Kaumnya Nabi Yunus tidak terlambat bertaubat, maka mereka selamat. Karena itulah Allah memuji kaumnya nabi Yunus. Berbeda dengan umat-umat lain yang selalu terlambat dalam bertaubat, hingga tak ada gunanya lagi. Seperti, iman dan taubatnya Firaun di saat ia telah digulung ombak dan megap-megap di tengah laut. Allah berfirman: Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91). Kalau sudah seperti itu, iman dan taubat tak berguna, serta bencana tak bisa diurungkan lagi.
Kini kita dalam kondisi darurat. Darurat Narkoba, darurat korupsi, darurat perzinaan dan pemerkosaan, darurat keserakahan dll kemaksiatan dan dosa. Bila ingin selamat dari kondisi yang sudah serba darurat ini, maka iman dan taubat tak boleh terlambat. Insya Allah belum terlambat untuk sadar, beristighfar dan bertaubat. Mari kita semua beristighfar dan bertaubat. Mari kita jalankan ajaran Islam dengan penuh kesungguhan. Janganlah Islam hanya dipakai kalau ada kepentingan politik saja. Jangan Islam hanya dipakai hanya di bulan Ramadhan saja. Janganlah kita shalat hanya di Idul fitri saja. Wahai kaum wanita, jangan hanya pakai jilbab ketika shalat saja. Wahai para pejabat, jangan tampak dekat dengan rakyat dan tampak rajin ibadah hanya di saat hendak nyalon saja.
Semuanya, marilah kita jalankan ajaran Islam dengan baik. Mari kita lakukan shalat di masjid. Mari kita bayarkan zakat dari penghasilan yang kita dapatkan. Sebagai apapun kita. Selama itu adalah rezeki yang baik dan halal, harus kita keluarkan zakatnya. Marilah suasana kita balik, menjadi pribadi-pribadi muslim yang suka memberi, bukan yang suka meminta-minta. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Yang duduk di pemerintahan, tunaikan tugas negara dengan penuh amanat dan tanggung jawab. Jangan Anda hanya pandai menuntut kenaikan gaji, hingga ada gaji 13 atau 14 atau berapa lagi, tapi kinerja tak ada peningkatan sama sekali. Yang seperti itu bukanlah merupakan pribadi orang yang beriman.
Para guru dan dosen, harus juga segera sadar. Tugas utamanya adalah mendidik anak bangsa ini. Bukan sekedar menjejali dengan pengetahuan dan teori yang kosong dari keimanan dan budi pekerti. Para ustadz dan muballigh tak cukup hanya memberikan ceramah dan pengajian, tapi umat sangat membutuhkan contoh dan suri teladan.  Oleh karena itu, bagi para orang tua, mari kita semua pastikan bahwa anak yang kita tinggalkan telah terdidik dengan Agama secara benar. Apa yang kita banggakan bila anak yang kita tinggalkan tak bisa mengaji? Apa yang kita harapkan kalau nanti kita sudah mati?
Wahai anak-anak, para remaja dan para pemuda. Jangan sia-siakan waktu berharga yang kalian miliki. Jangan kalian habiskan hanya untuk bermain-main, main game, main hp, nongkrong di pinggir jalan atau pantai. Masa anak-anak, remaja dan pemuda, tidaklah lama. Dan masa itu sangat berharga. Kalau sudah lewat, maka tak bisa diulang. Jangan sampai kalian menyesal. Ikuti nasehat orang tua dan guru. Kapan kalian berbakti kepada orang tua, kalau bukan saat ini. Dan, untuk berbakti kepada orang tua, saat ini cukup kalian dengan rajin belajar, bukan foya-foya, rajin ibadah, bukan rajin bermain-main saja, rajin ke masjid, bukan begadang saja. Kalau kalian ingin membahagiakan orang tua ikuti nasehatnya yang baik. Orang tua tak ingin kalian berikan uang, rumah atau pakaian. Cukup ikuti nasehatnya yang baik dan jadilah anak yang shalih.
Wahai anak-anakku, kalian adalah masa depan umat dan bangsa ini. Harapan umat dan bangsa ini ada di pundak kalian. Jangan kalian berikan diri kalian kepada narkoba, kebut-kebutan, pacaran dan perbuatan yang sia-sia. Rajinlah ke masjid, jangan menunggu nanti kalau sudah tua. Masjid-masjid menunggu kreativitas dan aksi amal shalih kalian. Sejarah menunjukkan bahwa kehebatannya adalah terletak pada para pemudanya. Nabi bersabda bahwa nanti di padang mahsyar ada tujuh golongan yang mendapat naungan khusus dari Allah. Salah satunya adalah para pemuda yang rajin beribadah. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai sekalian manusia (yang tua maupun yang muda, pria maupun wanita. Semuanya), beribadahlah kepada Tuhanmu (yaitu Allah) yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Q.S Al-Baqarah/2: 21)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Sebagai kesimpulan dari ceramah yang singkat ini marilah kita bersama-sama menjaga diri, keluarga serta negara kita ini dari segala darurat yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita darurat korupsi, darurat perzinaan, darurat pemerkosaan darurat kesyirikan terhadap Allah SWT. Dengan cari bertaubat dengan sungguh-sungguh karena didalam bertaubat tidak ada kata terlambat bagi siapa saja yang ingin membersihkan hati jiwa beserta raganya dari segala kesalahan dan kehilafan baik yang nampak maupun tidak dan yang disengaja maupun tidak di senngaja dengan syarat bertaubat dengan sungguh-sungguh dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali agar kita bisa mendapat ampunnan dari Allah atas segala kesalahan tersebut sehingga kehidupan kita di dunia yang sementara ini dapat sejahtera begitupun kelak di akhirat kita bisa masuk kedalam surga Allah SWT dengan ridho-Nya yang kekal abadi selama-lamanya. Amin ya rabbal alamin.
Apabila selama saya menyampaikan ceramah ini dari awal salam hingga saat ini ada kata-kata atau hal yang salah yang tidak berkenang di hati jamaa’ah sekalian saya mohon maaf sebesar-besarnya karena saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan dosa, dan apabila ada benarnya itu semata-mata datangnya dari Allah SWT yang maha sempurna dari kesempurnaan yang secara kebetulan melalui perantara mulut yang berbicara.
اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلَا تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
“Lihatlah apa yg di katakan dan jangan melihat siapa yg mengatakan” -Ali bin Abi Tholib-
Billahi Taufi Wa Rahma, Waridho Walhinayah
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Leave a Reply